Tizen Association ikuti jejak kegagalan LiMo Foundation...dan bangkit kembali


Dibangun melalui ambisi yang besar dari para anggotanya, Tizen Association dan LiMo (Linux Mobile) Foundation pernah menjadi tempat bertemunya raksasa industri telekomunikasi global dalam merumuskan platform software mobile untuk penggunaan bersama. Namun benturan kepentingan yang rumit di dalamnya membuat mereka tidak pernah mengakhirinya dengan kesuksesan.


LiMo Foundation gagal berkembang di tangan operator

Samsung GT-I8320 (Vodafone 360 H1)
LiMo Foundation didirikan pada bulan Januari 2007 atas inisiatif dua operator telekomunikasi terbesar di Jepang dan Eropa, NTT DoCoMo dan Vodafone. Masing-masing operator ini membawa gerbong mitra mereka yang paling terpercaya, NTT DoCoMo membawa produsen handset asal negaranya NEC dan Panasonic sementara Vodafone membawa Samsung dan Motorola. Sebelum menjadi LiMo Foundation, keenam perusahaan ini sudah merumuskannya melalui serangkaian pembicaraan dalam Project-X.

OS LiMo dari LiMo Foundation tidak fokus pada user interface (UI) maupun user experience (UX), seperti umumnya OS mobile lainnya seperti Apple iOS, Android maupun Windows Mobile. Tetapi mereka mengembangkan common OS dan middleware. Tujuannya agar anggota LiMo Foundation, dalam hal ini produsen handset dan operator telekomunikasi, memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk membedakan produk mereka melalui UI maupun UX.

Meskipun hal ini awalnya bisa dilihat sebagai sebuah kesempatan - khususnya buat operator telekomunikasi - namun pada akhirnya eksekusi yang buruk dengan cepat segera mendiskreditkan potensi LiMo secara keseluruhan.

Dan mengingat fokus khusus LiMo pada middleware, nasib LiMo ini pada akhirnya memng bergantung pada investasi operator di platform ini. Bukan rahasia lagi kalau operator ingin mendapatkan kembali kekuasaan mereka pada produsen handset atas konten dan layanan pada perangkat high-end setelah diambil oleh platform seperti Apple iTunes, Google Service, Facebook, BlackBerry Service dan lainnya.

Platform layanan software MOAP-L yang diusung oleh NTT DoCoMo buat smartphone berbasis OS LiMo di Jepang bisa diterima pasar sebagian besar karena begitu dominannya posisi DoCoMo sebagai operator sekaligus distributor ponsel terbesar di Jepang. Sementara platform layanan software 360 yang diusung buat smartphone LiMo oleh Vodafone bernasib lain. Smartphone high-end Vodafone 360 H1 (Samsung GT-I8320) dan mid-end Vodafone 360 M1 (Samsung GT-I6410) tidak banyak menarik minat konsumen. Vodafone kemudian tidak lagi merilis smartphone LiMo dan layanan sosial 360 mereka tidak lagi ekslusif setelah dibuat tersedia pada semua platform.


Tizen Association, arah baru LiMo Foundation

Pada bulan September 2011, LiMo Foundation mengumumkan OS Tizen sebagai sistem operasi open source baru berbasis Linux. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ekosistem aplikasi menjadi fokus utama dengan mengadopsi lingkungan pengembangan berbasis web serta memperluas dukungan perangkat menjadi tidak hanya untuk mobile, tetapi juga TV, netbook dan sistem informasi dalam kendaraan (IVI).

Perubahan ini juga menandai diambil alihnya pengembangan platform software oleh Samsung dan Intel sebagai representasi dari Technical Steering Group (TSG), sementara LiMo Foundation yang berubah menjadi Tizen Association pada bulan Januari 2012 hanya memainkan peran industri di pasar.

Awalnya Tizen merupakan gabungan dari dua OS yang dikembangkan secara terpisah. Samsung bertanggung jawab dalam mengembangkan Tizen Mobile lewat Samsung Linux Platform (SLP) miliknya yang sebelumnya digunakan dalam OS LiMo, dan Intel yang bertanggung jawab dalam mengembangkan Tizen IVI lewat platform Moblin miliknya.

Samsung, sang ksatria Tizen terakhir

Pada bulan Januari 2014, NTT DoCoMo mengumumkan mereka menunda (sekaligus pada akhirnya membatalkan) peluncuran smartphone Tizen mereka hasil kerjasama dengan Samsung. Ini adalah awal titik balik semua siklus pengembangan OS Tizen selama 3 tahun tanpa hasil.

NTT DoCoMo telah mencurahkan sumber daya dan dana mereka buat Tizen, termasuk ribuan aplikasi dan puluhan acara yang diadakan untuk mengangkat potensi OS Tizen di pasar. Namun situasi darurat di pasar lokal membuat mereka terpaksa harus membuang semuanya, termasuk mimpi memiliki OS yang independen di masa depan. Tren penggunaan Apple iPhone yang diusung operator pesaing seperti KDDI dan Softbank membuat NTT DoCoMo harus terjun di pasar yang sama jika tidak ingin melihat migrasi besar-besaran pelanggan mereka.

"Ponsel Tizen telah ditunda, tetapi NTT DoCoMo telah bekerja dengan lebih dari 3.000 aplikasi & pengembang web di Jepang tahun lalu," kata Tomoya Asai dari Dynamis Japan, salah seorang pengembang dan penggiat ekosistem mobile berbasis web di Jepang pada pertengahan 2014.

Mundurnya NTT DoCoMo yang selama ini menjadi motor dari Tizen Association menjadikan hampir semua kegiatan organisasi praktis terhenti. Intel yang menyadari situasi ini terpaksa membangkitkan kembali harapan mereka yang tersisa untuk penggunaan arsitektur x86 di Android.

Sementara Samsung Electronics terpaksa menata ulang semua strategi mereka, yang akhirnya kembali dengan harapan cerah di akhir 2014.

"Pada pertemuan manajemen senior global di Samsung, sekitar sepertiga dari waktu telah dihabiskan untuk tim Media Solutions Center (MSC) yang baru dibentuk, yang diharapkan untuk bisa meluncurkan smartphone dengan sistem operasi buatan Samsung pertama setelah Diwali," kata Tarun Malik, direktur Samsung MSC untuk kawasan Asia Barat pada akhir 2014. "Kami mulai dengan terlambat, tapi kami sangat fokus. Kami tidak menembak di alam liar. Ini adalah permainan yang harus dipimpin oleh produsen perangkat, bukan penyedia saluran (operator telekomunikasi)."

Dan Samsung yang awalnya menargetkan penjualan smartphone Tizen tidak sampai 2 juta unit selama 2015 di India, ternyata berhasil dilampaui hingga mendekati 3 juta unit. Samsung tidak ingin Tizen buat menguji pasar, tapi memang benar-benar akan merilis produk yang dibutuhkan oleh pasar dan konsumen. Termasuk meluncurkan ulang target pasar buat smartphone Tizen di Rusia, menjadi lebih spesifik ke pelanggan korporat.

"Kami sangat berhati-hati dengan peluncuran produk ini," kata seorang staf Samsung di Korea. "Kami tidak ingin merilis sebuah produk sebelum siap dan beresiko mengecewakan konsumen."


Kini Samsung memimpin Tizen sendirian, mirip seperti status Nokia dulu di Symbian Foundation, dan Tizen Association kedepannya akan muncul di wilayah dimana memiliki potensi pasar yang kuat akan kehadiran OS alternatif lewat dukungan mitra lokal, seperti Rusia, China dan negara-negara lain yang akan menyusul kemudian. Tidak dalam wujud global, namun akan lebih fokus, tetap multi-platform dan tidak didasari oleh kepentingan yang rumit seperti sebelumnya.


Comments